Google
 

2008-10-04

nicklseen 1916 (3)

mari sedikit kuceritakan tentang nicklseen.
sebuah kota kecil yang terletak sebelah timur laut finland.
berbatasan langsung dengan uni sovyet.
atau jangan-jangan kami sendiri merupakan bagian dari uni sovyet.

gunung disebelah utara, hutan pinus disepanjang kakinya..
padang rumput hijau, walau musim dingin disini lebih panjang dari musim panas
tetap saja tidak mematahkan semangat rumput tuk ikut mewarnai padang ini.

sekumpulan rusa terlihat berkumpul didekat kolam mata air ditengah padang rumput tersebut sambil merontokan bulu musim dingin mereka, salju terakhir telah mencair dari dahan ranting pohon oak yang berdiri dengan kokoh ditepian kolam. Salah satu dahannya menjulur kearah kolam memberikan kesan pohon yang sedang menimba dari kolam. Sesekali terlihat sepasang tupai berlarian antara dahan dan ranting, bercanda dan berebut biji pohon oak yang sebenarnya tidak bisa dimakan tetapi tetap saja mereka merebutkan.

Disekeliling mata air tersebut tumbuh ratusan pohon-pohonan yang kadang aku sendiri tidak hapal namanya, pepohonan tersebut tumbuh mengitari mata air yang terletah padang rumput, benar-benar pemandangan yang indah, pohon-pohon tadi terkesan memerikan perlindungan kepada hewan untuk istirahat dibawah naungan rantingnya yang rimbun saat musin panas nanti. Pohon-pohon tadi memagari mata air dari gannguan mahluk luar. Ditangahnya terlihat menjulang tinggi pohon oak. laksana kapten yang memimpin pasukan anti huru-hara berbaris dengan seragam serba hijau lengkap dengan perisai dan tongkat pemukul berlapis karet dan tentunya tak lupa senapan laras panjang berisi peluru hampa, karet dan yang pasti peluru tajam, semua itu guna berjaga-jaga seandainya keadaan mulai tak terkendali.

bukan cuma rusa dan tupai yang hidup disana, beraneka ragam ikan dan juga keyman (sejenis buaya air tawar kecil, mulut yang memanjang yang menjadikannya berkesan sangat jelek) tinggal dalam kolam kehidupan tersebut. lahan pertanian yang membentang berhektar-hektar milik penduduk lokal terhampar tak jauh dari kolam tersebut. Lobak, kol, tomat dan wortel serta umbi-umbian yang hanya bisa tumbuh ditanah ini. Tapi itu tak menjadikan kami harus mengiba pada kota tetangga untuk terus mengirim bantuan bahan pokok. kami berdagang. Kami menanam apa yang bisa tumbuh, menjualnya, dan membeli apa yang diperlukan. Setiap satu sampai dua minggu sekali datang truk dari kota sebelah untuk berdagang, biasanya mereka membawa gandum, gula, dan minyak untuk memasak.

jalan-jalan kota tersusun dari batu-batuan yang ditatap apik sedemikian rupa membentuk bulatan-bulatan, dilapisi lumut musim dingin yang belum mengering.



bersambung....

Tidak ada komentar: