Google
 

2008-08-19

story to share..

Dalam sebuah dunia kecil.. terdapat mahluk-mahluk ciptaan yang disebut mino,
seperti layaknya manusia.. mino-mino kecil tadi juga diciptakan oleh tuhan mereka.

hanya saja.. tuhan mino-mino tersebut tidaklah sesempurna pencipta manusia.
sudah barang tentu tuhan yang tidak sempurna tidak mungkin dapat menciptakan ciptaan yang sempurna.
bentuk mino mirip bentuk manusia, mereka juga bernafas, makan, minum, tidur, marah, sedih seperti halnya manusia.
tetapi ada hal yang dimilik manusia tapi tidak dimiliki mino.

mino tidak dapat mengekspresikan apa yang ada dihatinya
dia diam saat sedih, diam saat gembira, dia juga diam saat marah...
semua hanya ada dalam hatinya, tidak dapat diekspresikan keluar

***


Dunia mino sangat indah.. dunia yang penuh warna..
Tidak ada polusi dan pencemaran alam disana,
hal ini mungkin disebabkan mino tidak terlalu memiliki napsu seperti manusia di planet bumi ini.
Dunia mino bagaikan hamparan rumput hijau disebelah utara dan salju putih yang sejuk disebelah selatan.
Semua begitu asri dan serasi, sehingga para mino yang hidup didalamnya tidak pernah merasa bosan untuk menikmati alam dunia mino.


Semua makanan telah tersedia dengan sendirinya oleh alam
Tak perlu mereka berkerja keras untuk mendapatkan semua itu.
Yang perlu mereka lakukan adalah menikmati hidup mereka yang penuh dengan warna.
Itu saja...
Dunia yang sangat indah bukan?

***

Dalam dunia mino hidup seorang mino yang bernama "Dadi",
Seperti seorang mino pada umumnya, Dadi juga melakukan sebagai mana seorang mino lakukan
menikmati hidup..
Dia pergi keseluruh dunia untuk menikmati alam yang telah diciptakan oleh tuhan mereka.
Itu adalah cara mereka bersyukur kepada tuhan mereka, itu cara mereka beribadah kepada tuhan mereka.

Para mino diciptakan secara berpasangan, sepeti "Faty" berpasangan dengan "Hino",
"Ryuki" dengan "Sheng", dan Dadi dengan seorang mino cantik bernama "Diga"
Mereka berdua hidup serasi berdampingan, saling berbagi kebahagiaan walau tidak dapat diekspresikan.
Mereka tertawa dalam hati mereka walan wajah majah mereka tidak dapat menampakkannya.
Tapi.. tetap bahagia di hati mereka masing-masing.....
setidaknya itu yang ada dalam pikiran Dadi.

Sampai suatu saat...
Diga pergi meninggalkan Dadi sendiri disuatu pagi yang amat dingin,
pergantian musim didunia ini memang sangat cepat dan tidak dapat diprediksi.
awalnya dadi hanya mengira bahwa diga pergi untuk mengambil buah-buahan dikebun yang terletak tidak terlalu jauh dibelakang rumah
tetapi sampai sore hari dadi menunggu, diga belum mucul-muncul juga...

dengan hati yang khawatir dadi pergi ke kebun dibelakang rumah..
dia berusaha mencari mencari jejak kaki ditanah basah yang habis disiram hujan tadi malam..
dia terus mencari tanda-tanda bahwa diga pernah berada disini, hanya untuk menenangkan hatinya.

"Ah... pasti itu.." sambil setengah berlari dia mendekati jejak kaki yang ada ditanah gembur,
tepat dibawah pohon murbey yang sedang berbuah lebat.
dilihatnya jejak kaki yang cukup besar.. bahkan lebih besar dari kakinya sendiri..

"Pasti Manta mencuri buah murbeyku lagi! Dasar orang tua yang tidak tau diri!"
Ucap dadi setengah berbisik.
Manta adalah tetanggal dadi yang tinggal diseblah barat rumahnya, tapi hidup mereka tidak penah akur.
Entah kenapa, apa yang dilakukan manta selalu ditanggap jelek oleh dadi dan begitupun sebaliknya.
Sepertinya mereka memang diciptakan untuk bermusuhan.

Atau mungkin diga tidak pergi kekebun, dia pergi kepasar untuk membeli kain yang hendak
dijadikan kain penutup jendela. Karena memang beberapa hari yang lalu diga mengatakan
bahwa dia berniat untuk mengganti kain yang sudah usang tersebut dengan kain yang baru,
yang lebih gelap katanya. Entah kenapa dia memilih warna yang gelap untuk penutup jendela.
Padahal dia tau sendiri harga kain yang berwarna gelap itu bisa mencapai 5 kali lipat harga kain
pada umumnya. Tapi biarlah... asal diga senang tidak mungkin dadi menolaknya.

"Atau mungkin diga sudah ada dirumah saat ini menanti diriku duduk diayunan beranda rumah sambil memegang secangkir coklat hangat"
Kata dadi menghibur diri, sambil tangannya menengadah keatas merasakan hujan yang mulai turun.

Pintu depan masih tertutup rapat seperti pada saat dadi meninggalkannya tadi sore saat dadi tiba dirumah.
Perapian diruang tengah juga belum menyala seperti biasanya.
belum ada orang.....
Hari sudah menjelang gelap tapi diga belum kunjung datang.
kemanakah engkau gerangan.. ratap dadi dalam hati..

***

Malam itu dadi tidur dalam kegelisahan,..
pagi harinya dia bertekad untuk mencari diga kepenjuru desa.
Rumah pertama yang dituju adalah rumah Puni, sahabat dekatnya yang tinggal disebelah timur rumahnya.
Didepan rumah puni terlihat pohon oak yang tinggi berdiri dengan kokoh.
Dadi masih ingat betul waktu dia diminta untuk menemani puni mencari bibit pohon oak didalam hutan.
Sebenarnya dadi enggan masuk kehutan, tapi karena puni agak memaksa ia akhirnya mengiyakan.
Tapi itu kejadian 15 tahun yang lalu. Mereka masih remaja saat itu.

Puni keluar rumah sambil memegang sarungnya yang hampir melorot.
Tanpa basa-basi aku langsung bertanya apakah dia melihat diga pagi ini.
Sengaja aku tidak mengatakan bahwa diga telah menghilang sejak kemarin pagi,
aku takut adik puni yang tinggal serumah dengannya mendengar.
Adiknya terkenal penyebar gosip didesa. Dia tidak peduli benar atau salah gosip yang disebarkannya
Yang dia tau semakin cepat gosip itu tersebar semakin puas hatinya.

Puni seperti berusaha mengingat-ingat sesuatu, tapi akhirnya dia menggeleng perlahan..
"Oke.. Terimakasih.." Ucapku sambil berlalu menjauh dari pekarangnnya..
"Coba kau tanya manta, mungkin dia tau!" Teriak dia membalas ucapanku.
Aku hanya melambaikan tangan, dalam hatiku aku berkata tidak akan aku mengetuk pintu rumah bajingan itu.

Satu persatu rumah aku datangi.. semua sama... tidak ada hasil...
Dari pintu rumah ke rumah yang aku datangi... semua menggelang...

Hari menjelang sore akhirnya aku tiba dipasar..
Langsung saja aku tuju pedagang kain yang terlihat sedang mengepak dagangannya
bersiap-siap untuk pulang..
Kujelaskan ciri-ciri diga, tinggi, rambut ikal sebagu, kulit putih bersih..
Tapi tetap saja dia tidak tau...

mulai muncul kekawatiran dihatiku...
semua pikiran buruk muncul....
jangan-jangan terjadi apa-apa dengannya....

baru saja aku hendak beranjak pergi tiba-tiba pedagang tadi berkata...
"Tapi tadi ada wanita... ciri-cirinya tidak sama dengan yang anda sebutkan"
kata pedagang kain tadi dengan logat daerah yang kental.
"dia membeli kain hitam sepanjang 3 depa... Aku ingat betul karena jarang yang membeli kain hitam disini!"
"Orangnya bagai mana?" Tanyaku dengan cepat.
"Tingginya sedang, rambutnya pendek, kulitnya sawo matang..

Tiga depa.. sama dengan panjang jendela rumah kami..
Ah.. mungkin saja itu dia.. tapi kenapa ciri-cirinya berbeda jauh..?
aku bertanya-tanya dalam hati..

Aku harus segera pulang...
pasti diga sudah menunggu dirumah...
Dia pasti kesulitan memasang kain penutup jendela itu sendirian...
baru saja aku melangkah tiga langkah, pedagang kain tadi berteriak..
"Mau kemana kamu? Perempuan itu tadi pergi kearah sana"
Sambil tangannya mununjuk arah lembah gerry yang terletak di selatan desa kami.
lembah garry terletak digaris katulistiwa planet ini yang memisahkan antara utara dan selatan.
disamping terkenal dengan kesuburannya lembah garry juga terkenal dengan padang savana yang luas..
dimana biasanya orang mengembalakan ternak mereka.

Aku terdiam sebentar..
sesaat aku bingung.. pikiranku limbung..
antara harapan diga yang menunggu dirumah atau diga yang berjalan menuju kearah lembah garry.
Aku terdiam memejamkan mata barang sebentar..
"Kalo dia pulang kerumah, harusnya berpapasan denganku, atau paling tidak ada tetangga kami yang melihatnya,
atau seandainya dia pergi ke lembah garry... tapi untuk apa?" kataku dalam hati mencoba berpikir tenang.
Kupijit-pijit kepala sebelah kiriku yang mulai terasa keram. Semenjak kecelakaan itu aku sulit untuk berpikir jernih
Seolah kepala ini mulai malas untuk diajak berpikir.

"OKE!" aku membuka mata seraya memantapkan lurus-lurus arah yang dituju penjual kain tadi.
langit diatas kepala mulai terlihat mendung, entah kenapa beberpa hari ini pasti hujan setiap sorenya.
Tapi kepalang tanggung buat pulang.

***

Tidak ada komentar: