Google
 

2008-08-18

Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah padang rumput yang hijau gerombolan ternak yang sedang merumput. Dihampirinya sekumpulan ternak yang paling dekat dengannya. Diantara ternak-ternak gemuk terlihat sesosok tubuh yang sedang berbaring beralaskan tikar.
"Permisi..., bisa mengganggu sebentar?"
tubuh yang berbaring tadi menoleh kearahku,
"Ya.., anda ingin membeli ternak saya? Maaf ternak saya tidak untuk dijual!".
"bukan..bukan.. aku cuma ingin bertanya..."
Jawabku cepat. Mata pengembala tadi bergerak naik turun menyelidikiku.
"Aku berasal dari desa utara, aku sedang mencari seseorang" kataku berusaha meyakinkan.
tergopoh-gopoh laki-laki tadi berusaha berdiri, dia mengulurkan tangan. "Pino"
"Dadi" balasku seraya menjabat tangannya.

"Aku mencari seorang wanita, tinggi, rambut hitam ikal sebahu, kulitnya putih bersih, dia membawa kain hitam sepanjang tiga depa.
barangkali anda melihatnya".
"Apa hubungannya denganmu?" jawab laki-laki itu seperti menyelidiki.
"Aku..em.. Dia digaku.." Jawabku ragu, semoga dia tau kemana diga pergi ucapku dalam hati penuh berharap
"Memang ada wanita yang kesini dua hari yang lalu, dia membawa kain hitam, tapi tidak tinggi, rambutnya juga berwarna keemasan dipotong pendek, kulitnya agak gelap." kata-kata pengembala itu memberiku harapan didalam hati.
"Yang aku ingat pasti pada dirinya, dia membeli dua ekor hewan ternakku! Itu yang membuatku kesal! sekarang hewan ternakku jumlahnya ganjil! Itu bukan pertanda baik! kalau kamu memang dia digamu, kamu harus bertanggunag jawab!" kata laki-laki itu dengan cepat sehingga terdengar seperti mengomel. mengingatkanku pada rusi yang cerewet yang selalu mengomntari aku setiap kami bertemu.

"Begini saja!" kata laki-laki pengembala tadi mengagetkanku.
"Kau beli ternakku yang satu ini agar jumlahnya kembali genap, aku suka jumlah genap, itu seperti membawa keberuntungan buatku dan ternakku, biasanya jika ada ternak yang beranak sehingga membuat jumlah ternakku tidak genap lagi aku menyembelih satu ternakku agar jumlahnya tetap genap!
Tapi sepertinya itu ide bagus, aku juga sudah lama tidak makan daging hewan, tahun-tahun ini ternakku sudah tidak pernah beranak lagi!"

"kira-kira kemana perginya wanita itu?" sela ku sebelum pengembala itu berbicara lebih banyak lagi.
"Hem... waktu itu sore hari.. dia pergi kearah tenggelamnya matahari! Dia berkata semoga bisa sampai disana sebelum malam hari! Biasanya aku mudah lupa tapi karena dia membeli dua ekor ternakku itu yang membuatku teringat-ingat selalu, sekarang aku harus makan salah satu ternakku untuk membuatnya tetap berjumlah genap! Kemana pisauku? tadi ada disini, semakin cepat aku menyembelihnya semakin baik. Jumlah ganjil membawa sial! sial buat aku dan seluruh ternakku!.."

"Terimakasih!" Selaku cepat-cepat sambil berlalu kearah barat..
Dari jauh masih terdengar suara ocehan pengembala tadi.
Orang yang aneh! seandainya jumlah ternaknya genap kemudian istriku membeli dua ekor darinya sudah barang tentu jumlahnya tetap genap! ujarku dalam hati, bisa saja aku tadi mengingatkan, tapi dari pada buang-buang waktu menghitung jumlah ternaknya, lebih baik segera aku mencari diga.
"Semoga bisa sampai disana sebelum malam hari" ucapku berusaha mengikuti logat diga.
mau kemana kau diga, berarti seharusnya tidak jauh dari sini tujuanmu!
Aku kemudian teringat.. diga pernah bercerita tentang impiannya untuk memelihara hewan ternak dibelakang rumahnya.
sepertinya baru beberapa minggu yang lalu ingatku samar-samar.
Hatiku miris kala aku mengingat semua janji dan ucapan kami berdua. Kenapa engkau pergi? kemana kau pergi? kapan kau kembali?
Aku gak tau harus bagai mana jika aku tidak menemukanmu! kami para mino selalu diciptakan berpasangan, tidak tahu harus bagai mana jika harus sendiri!

Mataku tiba-tiba basah, "Apa ini?" air.. keluar dari mata? pasti aku terlalu lelah berjalan sehingga matakupun berkeringat!
memang sudah satu setangah hari aku berjalan tak berhenti mencari kemana diga pergi. Aku mungkin harus istirahat barang sebentar.
aku merebahkan tubuhku dirumput hijau, angin lembut bertiup dari sebelah kiriku lama makin lama bertambah semakin kencang, tapi tetap tidak membasuh kegalauan hati! kuseka keringat yang keluar dari mataku, dahiku, sampai keleher dengan sapu tangan kumal buatan diga, dulu aku tidak suka membawa saputangan, menurutku saputangan itu untuk laki-laki pesolek saja. aku lebih senang menyeka keringatku dengan lengan bajuku, noda hitam dilengan bajuku membuatku terlihat seolah lebih jantan. Tapi diga selalu membujukku, bisa apa aku dihadapannya? aku selalu mengiyakan segala permintaanya. Walau kadang saputangan itu sengaja aku tinggal. Lupa atau tertinggal kelitku jika dia menanyakannya sepulangku dari kebun.

kupandang awan yang bergerak berlahan, langit sedang tidak berwarna biru, sehingga agak sulit membedakan antara awan dan langit, awan hanya sedikit lebih terang dan terlihat bergerak berarak serempak. Aku berpikir apa yang mengerakan awan? kemana awan itu akan pergi?
kemudian.. apa yang membuat diga pergi? kemana diga pergi?

Saat kutersadar dari lamunan, matahari sudah condong kebarat, siap-siap menyelimuti dirinya dengan kabut senja berwarna merah muda.
"Aku harus berjalan lagi! semoga bisa tiba disana sebelum malam hari!" ucapku perlahan mengikuti perkataan diga.

***

Tidak ada komentar: